Minggu, 05 Januari 2014

FUNGSI AGAMA


FUNGSI AGAMA

Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur 
tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa 
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia 
serta lingkungannya.

Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". 
Kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa 
Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". 
Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu 
yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. 
Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus 
meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang 
sempurna kesuciannya.

  • Fungsi Agama Kepada Manusia
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan 
oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga 
kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi 
yang lain seperti apa yang dihuraikan di bawah:
- Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.
Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya 
memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga 
kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar 
dicapai melalui indera manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. 
Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahwa dunia adalah ciptaan 
Allah SWT dan setiap manusia harus menaati Allah SWT

-Menjawab berbagai persoalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia.
Setangah persoalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan persoalan yang 
tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya persoalan kehidupan selepas mati. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab persoalan-persoalan ini.

-Memainkan fungsi kawanan sosial.
Kebanyakan agama di dunia adalah menyarankan kepada kebaikan. Dalam ajaran agama 
sendiri sebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. 
Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial

  • Fungsi Sosial Agama
Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat 
positif atau pengaruh yang menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat 
negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor).

Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi pada dua hal yaitu agama sebagai 
faktor integratif dan sekaligus disintegratif bagi masyarakat.

  • Fungsi Integratif Agama
Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam 
menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat 
maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini 
dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama 
oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.

  • Fungsi Disintegratif Agama.
Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat, 
dan memelihara eksistensi suatu masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat 
memainkan peranan sebagai kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan 
menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu 
kuatnya agama dalam mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali 
mengabaikan bahkan menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain.

  • Tujuan Agama
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya berbudi pekerti dengan adab yang 
sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat. Semua agama sudah 
sangat sempurna dikarenakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan 
benar serta dibenarkan. keburukan cara bersikap dan penyampaian si pemeluk agama 
dikarenakan ketidakpahaman tujuan daripada agamanya. Memburukan serta 
membandingkan agama satu dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk 
agama

Beberapa tujuan agama yaitu :
1. Menegakkan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa (tahuit).
2. Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar kehidupan teratur dengan  baik, sehingga 
dapat mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
3. Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.
4. Menyempurnakan akhlak manusia.
Menurut para peletak dasar ilmu sosial seperti Max Weber, Erich Fromm, dan Peter L 
Berger, agama merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. 
Bagi umumnya agamawan, agama merupakan aspek yang paling besar pengaruhnya, 
bahkan sampai pada aspek yang terdalam (seperti kalbu, ruang batin) dalam 
kehidupan kemanusiaan.

Masalahnya, di balik keyakinan para agamawan ini, mengintai kepentingan para politisi. 
Mereka yang mabuk kekuasaan akan melihat dengan jeli dan tidak akan menyia-nyiakan 
sisi potensial dari agama ini. Maka, tak ayal agama kemudian dijadikan sebagai komoditas 
yang sangat potensial untuk merebut kekuasaan. 

Yang lebih sial lagi, di antara elite agama (terutama Islam dan Kristen yang ekspansionis), 
banyak di antaranya yang berambisi ingin mendakwahkan atau menebarkan misi (baca, 
mengekspansi) seluas-luasnya keyakinan agama yang dipeluknya. Dan, para elite agama ini 
pun tentunya sangat jeli dan tidak akan menyia-nyiakan peran signifikan dari negara 
sebagaimana yang dikatakan Hobbes di atas. Maka, kloplah, politisasi agama menjadi 
proyek kerja sama antara politisi yang mabuk kekuasaan dengan para elite agama yang juga 
mabuk ekspansi keyakinan.

Namun, perlu dicatat, dalam proyek “kerja sama” ini tentunya para politisi jauh lebih lihai 
dibandingkan elite agama. Dengan retorikanya yang memabukkan, mereka tampil (seolah-
olah) menjadi elite yang sangat relijius yang mengupayakan penyebaran dakwah (misi 
agama) melalui jalur politik. Padahal sangat jelas, yang terjadi sebenarnya adalah politisasi 
agama.

Di tangan penguasa atau politisi yang ambisius, agama yang lahir untuk membimbing 
ke jalan yang benar disalahfungsikan menjadi alat legitimasi kekuasaan; agama yang 
mestinya bisa mempersatukan umat malah dijadikan alat untuk mengkotak-kotakkan 
umat, atau bahkan dijadikan dalil untuk memvonis pihak-pihak yang tidak sejalan 
sebagai kafir, sesat, dan tuduhan jahat lainnya.

Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama

1 komentar:

  1. Secara sosiologis ada pengaruh agama yg berisifat negatif atau pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah belah, berati itu termasuk kejalan yang sesatkan?lalu kenapa manusia yang tidak memiliki agama yang akan tersesat kejalan yang salah kalau yang beragama saja bisa tersesat kejalan yang salah?

    BalasHapus