SISI LAIN DERBY MERSEYSIDE
Dulu Pernah Bersahabat Tapi Kadang Jahat
Musisi Bobby Scott dan Bob Russell hanya bertemu tiga kali. Mereka pertama kali
bertemu satu sama lain di sebuah klub malam di Los Angeles pada tahun 1969,
ketika itu Russell sudah parah keadaannya terkena penyakit kanker limfoma, tapi
masih menyisihkan waktu untuk menulis lagu 43 tahun kemudian, dan 5.000 mil
jauhnya di negeri seberang, mereka tak mengira akan memberikan soundtrack
untuk kekerabatan baru antara Liverpool Football Club dan tetangganya Everton.
Judul lagunya adalah “He Ain’t Heavy, He’s My Brother,” yang terkenal dibawakan
oleh band Psychedelic Rock asal Manchester, The Hollies. Lagu tersebut menjadi
pengiring penghormatan Everton kepada mereka, 96 pendukung Liverpool, yang
meninggal di tragedi Hillsborough, 15 April 1989. Pemilihan lagu tersebut dipilih
langsung oleh chairman Everton, Bill Kenwright, atas reaksinya terhadap berita
keluarga korban Hillsborough yang memenangkan perjuangan atas keadilan
mereka dengan menerima permintaan maaf dari pemerintah Inggris saat itu serta
harapan terungkapnya apa yang terjadi pada musim semi di Sheffield akan
terungkap.
Derby Merseyside dulu dikenal sebagai derby yang bersahabat. Namun, saat ini hal
tersebut menjadi sebuah mitos umum, sekarang tak mungkin lagi melihat merah
dan biru duduk bersama, apalagi dua dekade terakhir ini.
“Karena kedua tim tidak melakukan dengan baik, pengertian derby menjadi lebih
meluas,” ucap saran dari Simon Hughes, penulis dari buku The Red Machine,
Liverpool FC pada tahun 1980 ini. Dalam buku tersebut menggambarkan
persaingan kedua tim tersebut adalah yang paling signifikan dalam sepak bola
Inggris. Dari 1984 hingga 1987, kedua klub membagi piala di Inggris sebelum
keduanya menjadi korban bencana yang mengotori permainan Inggris dari
zaman tersebut.
Everton pada tahun 1985 menjadi juara, tahun tersebut menjadi salah satu tahun
terbaik bagi mereka. Pada tanggal 29 Mei 1985, di Stadion Heysel, Belgia, fans
Liverpool mendesak fans Juventus yang menyebabkan runtuhnya dinding,
hasilnya 39 pendukung si Nyonya Tua tewas. Karena kejadian itu, tim Inggris
ditarik dari Eropa, dan Everton akhirnya menderita kehilangan manajer mereka,
Howard Kendall ke Atlectic Bilbao, dan para pemain bintang pindah ke luar
negeri karena tak bisa bertanding di European Cup 1987-88. Konsekuensi Heysel
menyebabkan sentimen kebencian di antara pendukung Everton kepada
Liverpool menjadi kekuatan dominan saat kejadian Hillsborough terjadi, tapi
karena kejadian itu mereka kehilangan cengkraman khasnya. Manajer
Kenny Dalglish telah sabar memimpin proses membangun kembali
kekuatan Liverpool, tapi akhirnya ia tidak bisa hidup dengan tekanan
psikologis seperti itu. Pada 22 April 1991, ia mundur, seluruh dunia terkejut,
tanda-tanda penurunan sudah jelas. Dua hari sebelumnya, saat melawat
ke Goodison Park untuk FA Cup yang berkesudahan 4-4, padahal saat itu
The Reds sudah unggul 0-4.
“Aku tahu malam itu aku harus pergi,” Dalglish mengakui kemudian. “Setelah
kami memimpin untuk terakhir kalinya aku berdiri di garis batas dan aku tahu
bahwa aku harus membuat perubahan untuk menopang hal-hal di belakang
pertahanan. Aku bisa melihat apa yang harus dilakukan dan apa yang akan
terjadi jika aku tidak melakukannya, tapi aku tidak bertindak
berdasarkan apa yang kutahu, aku harus lakukan. Saat itulah aku tahu.”
Saat itu, Liverpool juara bertahan liga, status yang mereka sudah lama tidak
pernah dinikmati. Mereka dan Everton memperebutkan tiga final pada tahun
1980, namun kalah mereka keunggulan karena terpeleset.
Dekade terakhir persaingan mereka memanas, hubungan buruk antar manager
sangat tidak membantu. Rafael Benitez pernah memberi label Everton sebagai
klub kecil, hal itu membuat para pendukung The Toffees marah. Sementara itu,
Moyes mengklaim bahwa Everton adalah klub semua masyarakat, dengan bukti
banyaknya suporter yang berasal dari luar kota Liverpool. Everton sebenarnya
memiliki catatan buruk jika menghadapi Liverpool di era Moyes, bayangkan
Benitez tak pernah menghargai kecocokan antar pemain. “Benitez tak
memainkan Steven Gerrard pada derby 2007 karena katanya ia bermain ‘terlalu
banyak emosi’ namun para fans ingin melihat emosi tersebut,” kata Hughes.
Pahlawan Derby Liverpool biasanya memiliki sangkut paut dengan Everton.
Lihat Steve McManaman dan Robbie Fowler, keduanya dulu berwarna
biru. “Lihat Jamie Carragher” ucap Hughes. “Liverpool mencetak dua gol di
derby 2007, dan memang Everton telah memainkan hidup Jamie dulu.
Ayahnya Philly dikenal sebagai pendukung fanatik Everton yang paling
bersemangat saat mendukung.”
Ketika Bill Shankly tiba melatih Liverpool di Divisi II pada tahun 1959, Everton
adalah klub yang sudah mandiri. Memang, Liverpool telah dibentuk sebagai
klub pecahan dari Everton setelah sengketa antara pemilik Anfield dan dewan
klub. Era Shankly diidentikkan dengan persaingan. “Jika Everton sedang
bermain di bawah taman, saya akan menarik tirai,” katanya suatu kali
mengibaratkan kebencian terhadap Everton. Meskipun pensiun Shankly
lebih sering terlihat di Goodison daripada Anfield. Ketika Liverpool
sedang merayakan Piala Eropa pertama mereka di balai rakyat, St George
Hall, kapten Liverpool saat itu, Emlyn Hughes meraih microphone
dan mengeluarkan hinaan: “Liverpool adalah keajaiban, Everton tragis.”
Pertandingan sendiri berlangsung dengan intensitas tinggi, tapi kualitas
sering tak berbanding lurus dengan kuantitas energi yang dikeluarkan. “Ini
bukan kegilaan, lebih menuju ketegangan saraf,” kata Simon Hugh
John Barnes, bintang 1980-an Liverpool, ia tidak pernah menikmati bermain
saat derby. “Saya mengerti mengapa mereka sangat berarti untuk fans, rasa
menjaga yang sangat besar, ” katanya di The Red Machine. “Tapi aku lebih
suka permainan di mana para pemenang unggul karena sepakbola. Banyak
pemain di kedua belah pihak akan bermain derby dengan hati mereka,
bukan kepala mereka.”
Goodison Park adalah stadion yang auranya akan selalu menarik untuk
jalannya pertandingan. Dua pertemuan terakhir di sana Luis Suarez
selalu menjadi pusat perhatian, pertama untuk Jack Rodwell pada tahun
2011 yang mendapatkan kartu merah karena tekel keras Suarez, dan
kemudian dianulirnya gol Suarez dalam pertemuan tahun lalu, yang
berakhir imbang 2-2.
Namun terlepas dari semua kontroversi, hasil akhir sepertinya tidak cukup
penting karena pertandingan Oktober lalu dimainkan di tengah rasa
persaudaraan antara klub, persaingan yang bersahabat dihidupkan kembali.
Sumber : http://www.supersoccer.co.id/liga-inggris/sisi-lain-derby-merseyside/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar